Almost
is Never Enough
Pengarang : Sefryana Khairil
Penerbit : Gagasmedia
Tahun
terbit : 2015
Halaman : 336
Al
dan Ella bertemu karena Maura. Al adalah suami Maura, sedangkan Ella adalah
sahabat Maura. Ella yang pendiam dan tertutup sangat berbanding terbalik dengan
Maura yang lincah, ceria, dan juga modis. Suatu hari, Maura, yang sulit
mengandung, meminta bantuan Ella untuk mengandung anaknya dan Al alias
menjadi surrogate mother. Ella, yang seorang janda dengan satu orang anak,
ingin menyenangkan sahabatnya sekaligus membutuhkan uang. Ia pun menyetujui
permintaan Maura. Siapa sangka, ketika Ella sudah mengandung anak Al dan Maura,
Maura meninggal karena kecelakaan.
Al
kemudian mengajak Ella beserta anak Ella, Zoey, pindah ke Seattle. Di sana,
hidup Ella dan Zoey akan ditanggung oleh Al sampai bayi tersebut lahir. Awalnya,
kepindahan mereka membawa kecanggungan. Tapi siapa sangka, semakin hari, Al
semakin merasa hidupnya lengkap dengan kehadiran Ella dan Zoey. Al mulai
menikmati memandang Ella dan merasakan keberadaan perempuan itu di sekitarnya.
Di lain pihak, Ella pun mulai merasa nyaman berada di sisi Al. Namun,
bayang-bayang Maura masih berada di sekitar mereka. Tepatkah Al dan Ella
bersama?
Oke,
sebelum mulai membagikan pendapat saya mengenai buku ini, saya mau bilang aja
sih kalau pendapat saya ini subjektif banget, dan mungkin sangat terpengaruh
oleh mood saya waktu baca. Karena, sejujurnya, saya kecewa dengan
kisahnya :)
Menurut
saya, tema dari kisah Al dan Ella dalam novel AiNE ini cukup manis dan hangat,
tentang bagaimana dua orang yang sangat berbeda dan tidak pernah menyangka akan
bisa bersama ternyata, karena kondisi, bisa menjadi dekat dan--secara
ajaib--cocok. Walau bukan tema baru, tema ini tidak pernah kuno dan membosankan
karena pada kenyataannya, bukankah seringkali yang kita kira cocok ternyata
bukan yang kita butuhkan?
Selain
itu, sama seperti ketika saya membaca Tokyo: Falling, karya Sefryana Khairil
sebelumnya, saya juga menyukai gaya bercerita Sefryana yang simpel dan tidak
menggunakan kata-kata njelimet yang harus buka KBBI dulu buat mengerti
maksudnya. Juga, Sefryana sangat ahli dalam menjelaskan detail tempat dan
suasana, sehingga makin terasa setting Seattle-nya.
Jadi
masalahnya apa? Masalahnya ada di ekspektasi saya yang melenceng atau terlalu
tinggi untuk buku ini. Ketika mengetahui kalau buku ini mengangkat
tema surrogate mother dan juga romancedengan suami sahabat
sendiri, saya mengharapkan suatu cerita dengan alur yang lebih seru, dengan
konflik lebih ramai, dan mungkin beberapa pengetahuan mengenai proses
menjadi surrogate mother. Namun ternyata, konfliknya sangat simpel, malah
bisa dibilang terlalu diada-adakan oleh kedua tokoh utamanya sendiri (baca:
gengsian doang sih!). Sempat ada beberapa potensi konflik, misalnya dengan
kehadiran Ben dan juga Daria, ibu tiri Al, sehingga saya berpikir, "wah
habis ini bakal makin seru nih!" tapi ternyata tidak terjadi dan ceritanya
kembali datar.
Selain
itu, karakter kedua tokoh utama, Al dan Ella, kurang tergali. Al sempat
dikatakan memiliki sifat berantakan, emosional dan ceroboh. Namun, sepanjang
cerita, saya justru melihat dia sebagai
seorang workaholic dan introvert--kurang bisa mengekspresikan
perasaannya. Ella sendiri juga tidak begitu terasa cara berpikirnya; tidak
terlihat seperti orang yang memiliki masa lalu cukup rumit dan suram. Dan
terutama, saya tidak berhasil mendapatkan apa signifikansinya membuat kedua
tokoh memiliki darah campuran Indonesia. Apakah akan menimbulkan perbedaan pada
jalan cerita seandainya keduanya berdarah asli Amerika atau keturunan dari
negara lain? Saya rasa tidak.
Kombinasi
alur yang datar dengan karakter kedua tokoh utama yang kurang jelas, membuat
saya cukup berjuang untuk menamatkan novel ini. Jika ini novel karya pengarang
lain, mungkin saya akan setop membaca di tengah-tengah. Namun, cara bercerita
Sefryana yang enak diikuti, mengalir, dan simpel dengan isi setiap bab tidak
terlalu panjang, membuat saya dapat membaca sampai halaman terakhir--walau
tetap saja saya kurang puas dengan ending-nya.
Yah,
mungkin memang hanya karena saya berharap ceritanya lebih ramai, atau karena
kebetulan keadaan di kantor sedang sangat sibuk dan mood saya yang
kurang baik, sehingga saya kurang bisa menikmati ceritanya. Buat teman-teman
yang memang sudah tertarik dengan kisahnya, dan terutama para penggemar tulisan
Sefryana Khairil yang mungkin sudah hapal gaya berceritanya, tetap coba baca
saja buku ini. Mungkin kalian akan menikmati kisahnya.
sumber-http://glasses-and-tea.blogspot.co.id/2015/07/almost-is-never-enough.html