Senin, 25 April 2016

Almost is Never Enough
Pengarang       : Sefryana Khairil
Penerbit           : Gagasmedia
Tahun terbit     : 2015
Halaman          : 336

Al dan Ella bertemu karena Maura. Al adalah suami Maura, sedangkan Ella adalah sahabat Maura. Ella yang pendiam dan tertutup sangat berbanding terbalik dengan Maura yang lincah, ceria, dan juga modis. Suatu hari, Maura, yang sulit mengandung, meminta bantuan Ella untuk mengandung anaknya dan Al alias menjadi surrogate mother. Ella, yang seorang janda dengan satu orang anak, ingin menyenangkan sahabatnya sekaligus membutuhkan uang. Ia pun menyetujui permintaan Maura. Siapa sangka, ketika Ella sudah mengandung anak Al dan Maura, Maura meninggal karena kecelakaan.

Al kemudian mengajak Ella beserta anak Ella, Zoey, pindah ke Seattle. Di sana, hidup Ella dan Zoey akan ditanggung oleh Al sampai bayi tersebut lahir. Awalnya, kepindahan mereka membawa kecanggungan. Tapi siapa sangka, semakin hari, Al semakin merasa hidupnya lengkap dengan kehadiran Ella dan Zoey. Al mulai menikmati memandang Ella dan merasakan keberadaan perempuan itu di sekitarnya. Di lain pihak, Ella pun mulai merasa nyaman berada di sisi Al. Namun, bayang-bayang Maura masih berada di sekitar mereka. Tepatkah Al dan Ella bersama?

*****

Oke, sebelum mulai membagikan pendapat saya mengenai buku ini, saya mau bilang aja sih kalau pendapat saya ini subjektif banget, dan mungkin sangat terpengaruh oleh mood saya waktu baca. Karena, sejujurnya, saya kecewa dengan kisahnya :)

Menurut saya, tema dari kisah Al dan Ella dalam novel AiNE ini cukup manis dan hangat, tentang bagaimana dua orang yang sangat berbeda dan tidak pernah menyangka akan bisa bersama ternyata, karena kondisi, bisa menjadi dekat dan--secara ajaib--cocok. Walau bukan tema baru, tema ini tidak pernah kuno dan membosankan karena pada kenyataannya, bukankah seringkali yang kita kira cocok ternyata bukan yang kita butuhkan?

Selain itu, sama seperti ketika saya membaca Tokyo: Falling, karya Sefryana Khairil sebelumnya, saya juga menyukai gaya bercerita Sefryana yang simpel dan tidak menggunakan kata-kata njelimet yang harus buka KBBI dulu buat mengerti maksudnya. Juga, Sefryana sangat ahli dalam menjelaskan detail tempat dan suasana, sehingga makin terasa setting Seattle-nya. 

Jadi masalahnya apa? Masalahnya ada di ekspektasi saya yang melenceng atau terlalu tinggi untuk buku ini. Ketika mengetahui kalau buku ini mengangkat tema surrogate mother dan juga romancedengan suami sahabat sendiri, saya mengharapkan suatu cerita dengan alur yang lebih seru, dengan konflik lebih ramai, dan mungkin beberapa pengetahuan mengenai proses menjadi surrogate mother. Namun ternyata, konfliknya sangat simpel, malah bisa dibilang terlalu diada-adakan oleh kedua tokoh utamanya sendiri (baca: gengsian doang sih!). Sempat ada beberapa potensi konflik, misalnya dengan kehadiran Ben dan juga Daria, ibu tiri Al, sehingga saya berpikir, "wah habis ini bakal makin seru nih!" tapi ternyata tidak terjadi dan ceritanya kembali datar. 

Selain itu, karakter kedua tokoh utama, Al dan Ella, kurang tergali. Al sempat dikatakan memiliki sifat berantakan, emosional dan ceroboh. Namun, sepanjang cerita, saya justru melihat dia sebagai seorang workaholic dan introvert--kurang bisa mengekspresikan perasaannya. Ella sendiri juga tidak begitu terasa cara berpikirnya; tidak terlihat seperti orang yang memiliki masa lalu cukup rumit dan suram. Dan terutama, saya tidak berhasil mendapatkan apa signifikansinya membuat kedua tokoh memiliki darah campuran Indonesia. Apakah akan menimbulkan perbedaan pada jalan cerita seandainya keduanya berdarah asli Amerika atau keturunan dari negara lain? Saya rasa tidak.

Kombinasi alur yang datar dengan karakter kedua tokoh utama yang kurang jelas, membuat saya cukup berjuang untuk menamatkan novel ini. Jika ini novel karya pengarang lain, mungkin saya akan setop membaca di tengah-tengah. Namun, cara bercerita Sefryana yang enak diikuti, mengalir, dan simpel dengan isi setiap bab tidak terlalu panjang, membuat saya dapat membaca sampai halaman terakhir--walau tetap saja saya kurang puas dengan ending-nya.

Yah, mungkin memang hanya karena saya berharap ceritanya lebih ramai, atau karena kebetulan keadaan di kantor sedang sangat sibuk dan mood saya yang kurang baik, sehingga saya kurang bisa menikmati ceritanya. Buat teman-teman yang memang sudah tertarik dengan kisahnya, dan terutama para penggemar tulisan Sefryana Khairil yang mungkin sudah hapal gaya berceritanya, tetap coba baca saja buku ini. Mungkin kalian akan menikmati kisahnya.


sumber-http://glasses-and-tea.blogspot.co.id/2015/07/almost-is-never-enough.html



Rangkuman IBD BAB 2

A. MANUSIA

Manusia di alam dunia ini memegang peranan yang unik, dan dapat dipandang dari banyak segi. Dalam ilmu eksakta, manusia dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom  yang membentuk  jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia (ilmu kimia). manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama lain dan  merupakan kumpulan dari energi (ilmu Fisika). manusia merupakan mahluk  biologis yang yang tergolong dalam golongan mahluk mamalia (biologi). Dalam ilmu-ilmu sosial, manusia merupakan mahluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan.sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi). manusia merupakan mahluk sosial  yang tidak dapat  berdiri sendiri (sosiologi). mahluk  yang selalu  ingin  mempunyai kekuasaan (politik), mahluk  yang berbudaya. sering disebut homo-humanus  (filsafat). dan lain sebagainya.

B. PENGERTIAN KEBUDA YAAN
Apabila  kita berbicara  tentang   kebudayaan,  maka  kita langsung  berhadapan  dengan pengertian istilahnya.  Pengertian  kebudayaan  menyangkut  bemacam-macam   definisi  yang telah  dipikilkan oleh  sarjana-sarjana bidang  sosial  budaya diseluruh  dunia.
Dua orang antropolog terkemuka yaitu  Melville J. Herkovits dan  Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di  dalam  masyarakat  ditentukan  adanya  oleh  kebudayaan   yang  dimiliki   masyarakat  itu. Helkovits memandang kebudayaan  sebagai  sesuatu  yang superorganic, karena  kebudayaan yang turun temurun dari generasi ke generasi hidup terns. Walaupun orang-orang  yang menjadi anggota  masyarakat senantiasa  silih berganti disebabkan  kematian  dan kelahiran.  Pengertian kebudayaan  meliputi  bidang yang luasnya seolah-olah  tidak ada batasnya.  Dengan  demikian sukar sekali   untuk mendapatkan pembatasan  pengertian   atau definisi  yang tegas dan terinci yang mencakup segala  sesuatu  yang seharusnya  temasuk  dalam  pengertian  tersebut.  Dalam pengertian sehari-hari  istilah  kebudayaan  sering  diartikan  sama  dengan  kesenian,  terutama seni  suara  dan  seni  tari.




C. KAITAN  MANUSIA  DAN KEBUDAYAAN
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan. dan kebudayaan mcrupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Tetapi apakah sesederhana  itu hubungan keduanya ?
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda telapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan. dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan-peraturan
kemasyarakat. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia. setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan  bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan,  karena kebudayaan  itu merupakan perwujudan dari manusia  itu sendiri.  Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.

Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :
1.      Eksternalisasi, yaitu prose:; dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi  ini masyarakat menjadi kenyataan  buatan manusia.
2.      Obyektivasi,  yaitu  proses  dimana  masyarakat  menjadi  realitas  obyektif.  yaitu  suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
3.      lntemalisasi. yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Apabila  manusia  melupakan  bahwa  masyarakat  adalah  ciptaan  manusia.  dia  akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger. dalan1 terjemahan M.Sastrapratedja. 1991; hal : xv)

Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat. oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan  mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya harus menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
Psikopat

Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Pengidapnya juga sering disebut sebagai sosiopat karena perilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya.
Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut orang gila tanpa gangguan mental. Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan.
Seorang ahli psikopati dunia yang menjadi guru besar di Universitas British Columbia, Vancouver, Kanada bernama Robert D. Hare telah melakukan penelitian psikopat sekitar 25 tahun. Ia berpendapat bahwa seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri.
Dalam kasus kriminal, psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, dan koruptor. Namun, ini hanyalah 15-20 persen dari total psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar biasa dan menyenangkan.
Psikopat memiliki 20 ciri-ciri umum. Namun ciri-ciri ini diharapkan tidak membuat orang-orang mudah mengecap seseorang psikopat karena diagnosis gejala ini membutuhkan pelatihan ketat dan hak menggunakan pedoman penilaian formal, lagipula dibutuhkan wawancara mendalam dan pengamatan-pengamatan lainnya. Mengecap seseorang dengan psikopat dengan sembarangan beresiko buruk, dan setidaknya membuat nama seseorang itu menjadidjelek.



Lima tahap mendiagnosis psikopat:
1.      Mencocokan kepribadian pasien dengan 20 kriteria yang ditetapkan Prof. Hare. Pencocokkan ini dilakukan dengan cara mewawancara keluarga dan orang-orang terdekat pasien, pengaduan korban, atau pengamatan prilaku pasien dari waktu ke waktu.
2.      Memeriksa kesehatan otak dan tubuh lewat pemindaian menggunakan elektroensefalogram, MRI, dan pemeriksaan kesehatan secara lengkap. Hal ini dilakukan karena menurut penelitian gambar hasil PET (positron emission tomography) perbandingan orang normal, pembunuh spontan, dan pembunuh terencana berdarah dingin menunjukkan perbedaan aktivitas otak di bagian prefrontal cortex yang rendah. Bagian otak lobus frontal dipercaya sebagai bagian yang membentuk kepribadian.
3.      Wawancara menggunakan metode DSM IV (The American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder versi IV) yang dianggap berhasil untuk menentukan kepribadian antisosial.
4.      Memperhatikan gejala kepribadian pasien. Biasanya sejak usia pasien 15 tahun mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan kejiwaan.
5.      Melakukan psikotes. Psikopat biasanya memiliki IQ yang tinggi.



Gejala-gejala psikopat:
1.      Sering berbohong, fasih dan dangkal. Psikopat seringkali pandai melucu dan pintar bicara, secara khas berusaha tampil dengan pengetahuan di bidang sosiologi, psikiatri, kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dan lain-lain. Seringkali pandai mengarang cerita yang membuatnya positif, dan bila ketahuan berbohong mereka tak peduli dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu fakta.
2.      Egosentris dan menganggap dirinya hebat.
3.      Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat mengakui perbuatannya namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
4.      Senang melakukan pelanggaran dan bermasalah perilaku di masa kecil.
5.      Sikap antisosial di usia dewasa.
6.      Kurang empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan memotong kepala orang, tidak ada bedanya.
7.      Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.
8.      Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Untuk psikopat tidak ada waktu untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan dan mereka tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.
9.      Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
10.  Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki respon fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar — bagi psikopat hal ini tidak berlaku. Karena itu psikopat seringkali disebut dengan istilah “dingin”.
11.  Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasan dirinya.

 


Penyebab Seseorang Menjadi Psikopat

Menurut penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan di Universitas Chicago, dinyatakan bahwa seseorang dapat menjadi psikopat karena mengalami kerusakan komunikasi syaraf ke otak terutama pada bagian yang memproses empati dan kasih sayang.
Penelitian dilakukan terhadap 80 orang tahanan berusia 18-50 tahun yang memiliki ciri seorang psikopat. Para tahanan diperlihatkan video berisi adegan kekerasan dan pembunuhan sementara otak mereka dipindai menggunakan alat.
Hasil dari pemindaian itu pun menunjukkan minimnya aktivitas otak pada bagian amigdala yang berfungsi mengolah emosi seperti rasa takut, marah dan senang. Oleh sebab itu banyak sekali psikopat yang mampu membunuh dengan cara sadis tanpa rasa bersalah.


Tips Menghadapi Psikopat
Mungkin saja Anda sedang bernasib sial karena harus mengenal atau mungkin dekat dengan seseorang yang memiliki ciri seorang psikopat. Lantas jika demikian, apa yang harus Anda lakukan guna melindungi diri Anda tanpa mengundang curiga?
Berikut ini tipsnya:
1.      Jangan Menjalin Hubungan yang Terlalu Akrab
Mengapa demikian? Karena psikopat bisa saja memanfaatkan kebaikan dan niat tulus Anda untuk bersahabat dengan mereka. Para psikopat umumnya mendekati orang-orang yang dirasa lemah dan mudah untuk ditipu.
2.      Jangan Terpancing Emosi
Kerapkali para psikopat melakukan hal yang tidak menyenangkan bagi Anda, tetapi mereka tetap memasang wajah innocent dan dapat tersenyum lebar pada Anda.
Ketahuilah bahwa psikopat tidak memiliki rasa bersalah dan sulit mengendalikan emosi. Tahan emosi Anda dan menghindari perkelahian dengan psikopat adalah jalan keluar terbaik.
3.      Cari Kesibukan Lain
Bila Anda sudah terlanjur menjalin hubungan dengan seseorang dan kemudian ingin menghindar setelah mengetahui bahwa dia adalah seorang psikopat, carilah kesibukan lain guna mengurangi waktu Anda bersamanya. Carilah teman baru, berpura-puralah bekerja atau ke toilet.
4.      Gunakan cara halus untuk menolak dan menjauhi mereka


Jangan menjauhi mereka secara ekstrem dan blak-blakan karena akan membuat mereka sangat marah. Menjauhlah perlahan, sedikit demi sedikit. Gunakan bahasa yang halus dan seperti biasanya untuk menghindari kecurigaan.